A Story From Kak Bahrudin (AFS VOLUNTEER EXCHANGE KE PHILIPPINES)


VOLUNTEER EXCHANGE TO THE PHILIPPINES, by Kak Bahrudin Syueb



Keberangkatan

Dijadwalkan keberangkatan tgl. 28 Januari 2015 Pukul 00:30 bersamaan dengan dua peserta volunteer lainnya,  Kak Khuka Chapter Jakarta dan Kak Suluh chapter Yogyakarta, menggunakan Cebu Pacific Air, Jakarta-Manila. Namun karena ada kesalahan teknis, keberangkatan saya ditunda menjadi pukul 10:30 menggunakan Tiger Airways, Jakarta-Singapore, Singapore-Manila. Tiba di Manila Pukul 20:00 dijemput dan diantarkan ke hotel yang sudah dipersiapkan oleh AFS Philippine.


Pagi hari disampaikan orientasi singkat tentang program volunteer exchange to the Philippine oleh perwakilan AFS Manila, untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan menuju General Santos (Gensan) City Mindanao Selatan, dua jam penerbangan dari Manila menggunanakan Cebu Pacific air.





Gensan City Airport

Di Gensan City Airport disambut dengan hangat oleh Ketua Chapter AFS-IPP Socsargen, Madam Hj. Hadijah Suib Odoya (Mam Jhang) beserta beberapa kordinator dan volunteer. Setelah ramah tamah di rumah makan terdekat, saya diantarkan ke Hostfam saya Mrs. C.J.  Kitagawa.


Family Bonding:





Welcome Dinner Party

Keluarga Kitagawa sudah beberapa kali menjadi AFS Hostfam, saat ini pun masih menjadi Hostfam dari AFS exchange student dari Thailand. Salah satu kebiasaan menyambut anggota keluarga baru adalah mengadakan jamuan makan malam bersama seluruh anggota keluarga dan kerabat dekat (welcome dinner), diperkenalkan satu persatu.  Dengan cara seperti ini saya merasa menjadi anggota keluarga baru mereka.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah hostfam, ada rasa shock sedikit menghadapi  kenyataan, bahwa lingkungan baru di mana saya akan tinggal mempunyai banyak sekali perbedaan. Hostfam adalah penganut Christian, dan mayoritas penduduk kota adalah nonmuslim, sehingga saya perlu beradaptasi dengan baik. Saya berusaha menjadi bagian dari mereka tanpa harus kehilangan jatidiri saya. Bangunan rumah tinggal tampak berbeda dengan yang ada di kampung halaman saya yang beratap genteng, di sini semua rumah menggunakan atap seng.



Kegiatan

Mengenal lebih dekat tentang kehidupan sosial Philippine,  khususnya masyarakat Gensan City adalah misi utama dari pertukaran volunteer ini. Dengan difasilitasi oleh pengurus AFS-IPP Socsargen (AFS Intercultural Program of Phillipines – South Cotabato Saranggani General Santos) setiap hari saya mengunjungi beberapa tempat dan lembaga, khususnya sekolah dan perguruan tinggi sebagai main interest object saya sebagai guru. Di antaranya :

1. Baranggay Palengke.
 Bersama dengan seluruh AFS  exchange stuednts yang ada di Gensan City (2 dari Germany, 1 Switzerland, 2 Panama, 1 Turki dan 1 Indonesia, Medan), beberapa volunter, ketua chapter dan kordinatornya mengadakan kunjungan ke kantor Baranggay (Kelurahan) Palengke, di mana AFS mempunyai social project, memberi bimbingan belajar street children dari kawasan kumuh di kota Gensan yang letaknya di Baranggay Palengke. Anak-anak jalanan dikumpulkan di sebuah ruangan di bangunan pasar induk lantai dua, dan di sulap menjadi ruang kelas. Secara bergiliran setiap hari exchange student menjadi guru dan pengasuh mereka. Kemudian dilanjutkan menyusuri jalanan menuju Gensan Plaza, taman kota Gensan, di mana kita bisa melihat patung General Santos, pendiri kota Gensan dan tak jauh di belakangnya  berdiri patung the founding father of the Philippines, Jose Rizal.


2. Palangunsod (Kantor Wakil Walikota).
Mengikuti sesi Hearing antara wakil walikota dan councilors. Sebuah pengalaman berharga bisa duduk di ruang sidang dengar pendapat yang dipimpin oleh wakil walikota Gensan dan para Councilors (Kepala Dinas Kota). Saya dan dua exchange students sebagai foreign visitor diminta untuk maju dan memperkenalkan diri di podium. Tidak lupa sebelumnya pengurus chapter mengajari kami sedikit bahasa Tagalog sebagai pembukaan. Magandang Gensan... Menjadi agenda wajib AFS chapter Socsargen setiap new AFS exchange diperkenalkan ke jajaran pemkot Gensan. Ada sedikit tanya jawab dengan hadirin peserta rapat. Acara ini diliput oleh kalangan pers. Setelah sesi foto bersama wakil walikota, ada wawancara dengan media tulis dan elektronik, salah satunya  CBS-News.



3. National Commission for Muslims Filipino.
Setelah mendapat sambutan welcome yang hangat dari jajaran pemkot Gensan,  saya meminta dijadwalkan bisa bertemu dengan muslim leader of Gensan. Ternyata ketua chapter langsung menyanggupi dan membawa kami ke kantor OMA (Office of Muslim Affairs) setelah mengontak terlebih dahulu. Beruntung sekali saya bisa bersilaturrahim dengan presiden OMA Gensan City. Setelah berdialog dengan presiden OMA saya sedikit lebih mengenal sisi kehidupan sosial masyarakat muslim sebagai minoritas di Gensan City. Konflik antara MILF dan Philippines yang  diberitakan media jauh berbeda dengan kehidupan nyata sehari-hari yang damai.


4. Lembaga Pendidikan
Sebagai seorang guru saya lebih banyak tertarik ingin mengenal dunia pendidikan di Philippine. Dengan selalu dikawal oleh pengurus chapter, kordinator hosting dan sending, saya mengunjungi beberapa lembaga pendidikan formal dari Play Group sampai perguruan tinggi. Sistempendidikan secara umum banyak kesamaan walau ada perbedaan yang mendasar. Masa pendidikan dasar ditempuh enam tahun, dilanjutkan ke sekolah menengah dengan nama High School selama empat tahun dan langsung ke perguruan tinggi. Di sistem pendidikan mereka tidak mengenal junior high school dan senior high school, hanya satu jenjang yaitu high school selama empat tahun.  Sesuai keterangan dari beberapa guru dan kepala sekolah yang saya temui, tahun 2015 ini adalah tahun terakhir menerapkan sistem tersebut dan tahun depannya mereka sudah menggunakan K-12 (Kinder tweleve) pendidikan dasar dan menengah selama 12 tahun, sesuai standar pendidikan internasional.

Jam belajar siswa Philippine terasa lebih lama dibanding di tanah air. Sekolah dimulai pukul 07.30 sampai jam 16.30 dari Senin sampai Jumat. Sarana dan  prasarana pendidikan, membandingkan dengan Kabupaten Indramayu tempat saya, kita bisa dikatakan lebih maju dari mereka.

Di sekolah dasar saya mengunjungi  Jose P. Laurez Elementary School di tengah-tengah kota Gensan.  Saya mengamati Kegiatan Belajar Mengajar di kelas 5 yang diisi oleh 65 siswa. Ruang kelas dilengkapi dengan CR (comfort room/toilet), mungkin ini yang membedakan dengan kita.

Kunjungan ke sekolah tingkat menengah yaitu mengunjungi Polomolok Public High school, Oreneo Santiago Public High School, MSU (Mindanao State University) High School dan Holy Trinity College. Di setiap sekolah selalu didaulat untuk memperkenalkan Indonesia dan Bahasa Indonesia di depan kelas. Hampir semua siswa di setiap kelas yang saya kunjungi antusias mengikuti kegiatan ini, apalagi ‘let’s sing Indonesian song....,’ di sini senang di sana senang dan potong bebek angsa.




Di Oreneo Santiago Public High School, saya berkesempatan mengamati pembelajaran  pendidikan agama Islam bagi siswa muslim sebagai minoritas. Saya mencoba berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab, ternyata sebagian besar mereka sudah menguasai percakapan dasar Bahasa Arab dan membaca huruf Arab. Pembelajaran pendidikan agama Islam khusus bagi siswa muslim dilaksanakan di luar jam pelajaran resmi, tidak jauh beda dengan kegiatan ekstra kurikuler di Indonesia. Ketika menanyakan kurikulum yang digunakan, saya dihubungkan ke pejabat yang kompeten di DepEd, Departement of Education Gensan City.




Bersama dengan Madam Ellana A.Abedin

Akhirnya di luar agenda yang sudah disusun oleh kordinator hosting, kami mengunjungi kantor DepEd untuk bertemu dengan  Madam  Ellana A. Abedin, Kepala Bidang ALIVE (Arabic Language and Islamic Value Education) di Departement of Education of Gensan City. Sharing tentang banyak hal khususnya perkembangan pendidikan Islam di Kota Gensan. Di ruang kerja beliau disusun kurikulum standar pendidikan Islam dan Standar Operasional Prosedur bagi lembaga pendidikan swasta Islam.




Holy Trinity College

 Di Holy Trinity College, the most pavorite private school in town, kami disambut hangat oleh presiden college, Mr. Rey T. Albano. Beliau berbagi pengalaman bagaimana mengelola sebuah lembaga pendidikan swasta dengan self help, dari nol sampai saat ini menjadi sekolah pilihan di kota Gensan. Saat ini jumlah siswa mencapai lima ribuan dan beberapa cabang, termasuk perguruan tingginya dengan prodi pendidikan dan komputer sains. Holy Trinity College menawarkan bea siswa untuk siswa Indonesia yang memenuhi syarat, untuk menempuh pendidikan tinggi di sini.


5. Kunjungan ke obyek wisata
Wisata kuliner adalah kegiatan utama untuk makan siang. Selama didampingi oleh pengurus chapter, makan siang selalu mencari eatery yang berkualitas yang terdapat di mal-mal. Mulai dari Macdonald, KFC, Jollybee fried chiken kebanggaan Filipino, adobo (ayam bakar), Inalaw (tuna segar/mentah dengan acar nanas dan lobak) dan makanan lainnya.



Wisata Kuliner



Yang paling mengesankan selama dua minggu di Philippine,  kami seluruh volunteer dan students exchange diajak mengunjungi obyek wisata pantai di Kambiaga, Glan Saranggani, satu setengah jam perjalanan darat dari Gensan City.  Dijamu di villa Mam Becca, volunteer AFS Socsargen. Seluruh volunteer dari chapter Socsargen ikut berpartisipasi dengan semua host students dan volunteer. Beach party diselingi dengan permainan-permainan antar sesama AFSer menjadi media untuk mempererat hubungan satu dengan yang lain. Bola pantai, renang dan sunbathing  juga sailig menjadi agenda satu hari penuh kami di sana. Pantai yang bersih dan laut yang aman untuk berenang, diselingi tawa ceria seluruh AFSer  dari berbagai belahan dunia menjadi kenangan indah, pengusir homesick.

Setelah puas menyaksikan sunset di pantai dan hari berganti gelap rombongan bergerak kembali ke Gensan City.



Seven Falls



Di hari yang lain saya diajak oleh Hostfam dan keluarga besarnya pesiar ke Lake Sebu, dua jam perjalanan dari gensan City, tepatnya berada di Municipality Surallah, South Cotabato. Danau Sebu terkenal sebagai obyek wisata alam dan wisata kuliner, ikan nila yang dibudidayakan dengan cara keramba di danau ini. Sayang sepanjang mata memandang, tepian danau terpagari oleh keramba ikan nila. Tak  jauh dari Lake Sebu, ada Seven Falls, tujuh air terjun. Untuk mencapai lokasi ini perlu tenaga ekstra, menuruni jalan yang curam dan undakan/tangga, cukup melelahkan memang, tapi itu semua terbayar dengan keindahan air terjun yang cukup lumayan besar airnya. Tidak ketinggalan mencoba ZIPLINE, meluncur diatas tali melewati  jurang yang lumayan dalam, di antara dua pucuk bukit. Ngeri tapi asyik juga, karena seumur hidup belum pernah mencoba.


Fish Port



Di hari terakhir ketua chapter meninggalkan pekerjaannya demi mengantarkan saya mengunjungi Fish Port. Jam tujuh pagi harus sudah ada di lokasi. Cukup ketat penjagaan di gate pishport. Akses dibatasi dan visitor harus buat appointment. Gensan dikenal sebagai Tuna Capital of The Philippines memang pas dengan kenyataan yang saya lihat. Para pekerja sibuk menurunkan ikan tuna dari kapal untuk ditimbang dan di packing. Satu ekor tuna ada yang berbobot 150 kilogram. Sebagian besar untuk diekspor. Tuna sirip kuning yang mereka dapatkan berasal dari perairan sekitar Kepulauan Maluku dan Papua, Papua New Guenea.

Tak jauh dari fishport ada tempat wisata yang lumayan juga, Saranggani Highland, resort yang berada di atas sebuah bukit dengan sea view. Cukup romantis untuk dijadikan tempat menghabiskan weekend atau hanya sekedar dinner.



Perkebunan Nanas



Terakhir mengunjungi perkebunan nanas terluas yang pernah saya lihat, sekitar 8000 hektar tanaman nanas dengan berbagai usia. Dole Philippine nama perusahaannya, sebagian besar sahamnya dimiliki USA. Sejauh mata memandang di lereng Gunung Matutum yang terlihat hanya hamparan tanaman nanas. Pabrik pengolahan nanasnya pun cukup luas. Di area perkebunan ada club house dengan lapangan golfnya yang indah.





You may also like

Tidak ada komentar: